Membaca Menjadi Bagian Keseharian Anak-Anak |
Sejak Januari
2016, Kang Pibsa memperkirakan waktu berdirinya Rumah Baca Bambu Biroe. Jumlah
bukunya hanya sekitar 150 buah yang diletakkan di sebuah rak di depan rumahnya.
Bulan pertama didirikan, hanya segelintir anak-anak yang mau singgah
untuk membaca. Kebanyakan anak-anak memilih bermain saja. Meski begitu, dari
sedikit anak yang berkunjung tersebut, ternyata berhasil menarik anak-anak
lainnya untuk berkunjung. Mereka mulai menjamah buku, membuka beberapa lembar
dan diletakkan kembali ke raknya. Entah dibaca atau tidak, yang penting lembar
demi lembar halaman buku telah dilihat-lihat terutama buku yang bergambar.
Adik-adik Membaca ketika Istirahat Sekolah |
Dari situlah
terlihat, buku ternyata memiliki ‘medan magnet’ bagi anak-anak. Secara perlahan-lahan
semakin banyak anak yang berkunjung ke Rumah Baca Bambu Biroe. Melihat semangat
anak-anak tersebut, Kang Pibsa mulai mencari buku dari berbagai sumber. Gayung
bersambut, banyak teman-temannya yang menyumbangkan buku, baik itu teman dari rumah
baca, teman tempatnya berkerja ataupun dari teman yang baru kenalnya. Mereka
menyumbangkan buku dengan jumlah yang beragam, dari yang ratusan, puluhan, dan
ada juga yang satuan. “Kami menerima bukunya dengan senang hati, kata Kang
Pibsa.
Donasi dari Teman Teman Relawan Rumah Baca |
Seiring
bertambahnya buku, bertambah pula pengunjungnya. Anak-anak semakin ramai dan
semakin gemar membaca. Setelah dua-tiga bulan berjalan, anak-anak dari sekolah
madrasah yang lokasinya tepat di depan rumah, menjadikan rumah baca bak
perpustakaan sekolah. Sebelum masuk sekolah, ada saja anak yang berkunjung.
Waktu istirahat mereka bermain sambil memegang buku di depan rumah baca.
Selepas pulang sekolah apalagi, anak-anak kian ramai datang untuk membaca dari
buku komik, dongeng, hingga buku pelajaran sekolah.
Istirahat Sekolah itu Waktunya Membaca |
Kang
Pibsa mendirikan rumah baca dengan alasan yang sangat kuat, dia menyadari
betapa rendahnya akses terhadap sarana
pendukung untuk memperoleh pengetahuan bagi anak-anak usia sekolah, seperti
buku, alat tulis, dan alat peraga, di Kampungnya. “Saya berharap madrasah atau
sekolah di kampung saya memiliki perpustakaan seperti di kota, “katanya sewaktu
ngobrol santai di depan rumahnya. Apa yang dibicarakan tentu saja menjadi kabar baik untuk penunjang sarana pendidikan.
Kamu Membaca dan Kami Main Congklak |
Agar suasana
rumah baca semakin riang gembira, Kang Pibsa tak hanya menyediakan buku. Dia
mulai membeli alat bermain seperti congklak. Jadilah sambil membaca, anak juga
bermain congklak. Oh ya, ada permainan lain yang sangat ngetop di Kampung
Cibiru, Desa Cicantayan, Kabupaten Sukabumi ini, yaitu permainan egrang.
Permainan ini biasanya dimainkan anak-anak di sekitar kampung. Bagi anak-anak
permianan ini sangat mudah dimainkan, tinggal diinjak, menjaga keseimbangan,
setelah itu mereka bisa berjalan, dan berlari. Ya, berjalan dan berlari di atas
egrang.
Kegiatan membaca
dan bermain bisa seiring jalan, anak-anak tampak semakin senang selepas membaca,
mereka bisa bermain bersama teman-teman. Lalu apa efek samping dari rumah baca
ini?
Membaca Santai Hingga Sore Hari
Rumah Baca Bambu Biru, hingga Agustus 2016, jumlah buku
yang dimiliki buku 1000 biji lebih sedikit. Tentu jumlahnya akan terus
bertambah, dengan semakin banyak orang baik yang menyumbangkan buku. Dari
semakin banyaknya jumlah buku di Rumah Baca Bambu Biroe inilah yang memberi
efek samping bagi anak-anak.
Buku Membuat Lupa Waktu |
Anak-anak membaca buku tanpa disuruh dan datang sendiri
ke Rumah Baca Bambu Biroe. Dunia literasi adalah dunia yang menyenangkan ketika
adik-adik menemukan caranya sendiri untuk terus membaca buku. Mereka datang tak
dipanggil, pulangnya bisa sampai sore. Seringkali beberapa anak, duduk santai
selepas Ashar menjamah buku dan hanyut dalam bacaannya. Hingga magrib
menjelang, dan azan akan tiba barulah diingatkan untuk pulang ke rumah.
Adanya rumah baca ini mengisi kekosongan sarana pendukung
sekolah berupa perpustakaan. Tak ada perpustakaan, tetapi anak-anak sudah
memiliki pilihan tempat untuk membaca buku, ya di Rumah Baca Bambu Biroe.
Kampung Cibiru, Kampung Tempat Anak-Anak
Terbiasa Bermain Egrang
RumahBaca
Bambu Biru tak bisa telah menjadi bagian dari dunia anak-anak di
Kampung Cibiru. Dunia bermain yang asyik dan gembira. Nah, efek samping lainnya
dari berdirinya rumah baca adalah semakin populernya permainan egrang. Permainan
egrang menjadi bagian permainan kekinian, melewati batas penamaan permainan tradisional
yang dianggap usang.
Asiknya Bermain Egrang |
Kebetulan sekali, Kampung Cibiru sebagai kampung yang
dihadiahi oleh Tuhan dengan ditumbuhi banyak pohon bambu. Jadilah, egrang dapat dibikin kapan saja, ketika ada orang yang ingin membeli. Kampung
Cibiru mulai menjadi sentra produksi alat permainan egrang. “Orang-orang mulai
banyak memesan egrang dari kampung kami.” Begitu menurut pengakuan Kang Pibsa
dan egrang tersebut dibuat oleh warga lokal.
Pembuat Egrang dari Warga Lokal |
Permainan egrang ternyata telah berdampak luas, misal
sudah ada Egrang
Sukabumi - Korang Bumi yang mengenalkan
permainan tradisional di Sukabumi. Rumah Baca Bambu Biroe berharap egrang yang
merupakan inovasi daerah tak berwujud permainan lokal semata,
namun sebagai produk permainan yang harus bisa dimainkan dimana saja dan oleh
siapa saja. Jadi, kegiatan RumahBaca
Bambu Biru telah berdampak luas dengan menghidupkan usaha warga
sekitar dengan membuat egrang.
Lomba Permainan Egrang di Kampung Cibiru |
Kampung Cibiru tampaknya tidak mau tertidur dalam kondisi
yang tertinggal. Ada sosok seperti Kang Pibsa yang ingin membuat kampungnya
semakin maju dengan pendekatan dunia pendidikan dengan menyedian rumah baca. Rumah
Baca Bambu Biroe ternyata bisa menarik hati anak-anak untuk datang sendiri dan
semakin rajin membaca. Mereka mulai mengenal buku dengan caranya sendiri. Satu
lagi yang menarik tentu saja, rumah baca memiliki dampak lain, permainan egrang
bisa berdampak keuntungan ekonomi. Rumah Baca Bambu Biroe mulai bisa memperoleh
penghasilan sendiri dari egrang yang mereka buat. Semoga saja Rumah Baca ini
semakin bermanfaat demi kemajuan anak-anak dan untukIndonesia yang semakin cerdas.
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku
kereen
BalasHapus:D