Kamis, 11 Agustus 2016

Efek Samping Rumah Baca Bambu Biroe Kampung Cibiru, Desa Cicantayan

Membaca Menjadi Bagian Keseharian Anak-Anak
Sejak Januari 2016, Kang Pibsa memperkirakan waktu berdirinya Rumah Baca Bambu Biroe. Jumlah bukunya hanya sekitar 150 buah yang diletakkan di sebuah rak di depan rumahnya. Bulan pertama didirikan, hanya segelintir anak-anak yang mau singgah untuk membaca. Kebanyakan anak-anak memilih bermain saja. Meski begitu, dari sedikit anak yang berkunjung tersebut, ternyata berhasil menarik anak-anak lainnya untuk berkunjung. Mereka mulai menjamah buku, membuka beberapa lembar dan diletakkan kembali ke raknya. Entah dibaca atau tidak, yang penting lembar demi lembar halaman buku telah dilihat-lihat terutama buku yang bergambar.
Adik-adik Membaca ketika Istirahat Sekolah

Dari situlah terlihat, buku ternyata memiliki ‘medan magnet’ bagi anak-anak. Secara perlahan-lahan semakin banyak anak yang berkunjung ke Rumah Baca Bambu Biroe. Melihat semangat anak-anak tersebut, Kang Pibsa mulai mencari buku dari berbagai sumber. Gayung bersambut, banyak teman-temannya yang menyumbangkan buku, baik itu teman dari rumah baca, teman tempatnya berkerja ataupun dari teman yang baru kenalnya. Mereka menyumbangkan buku dengan jumlah yang beragam, dari yang ratusan, puluhan, dan ada juga yang satuan. “Kami menerima bukunya dengan senang hati, kata Kang Pibsa.
Donasi dari Teman Teman Relawan Rumah Baca

Seiring bertambahnya buku, bertambah pula pengunjungnya. Anak-anak semakin ramai dan semakin gemar membaca. Setelah dua-tiga bulan berjalan, anak-anak dari sekolah madrasah yang lokasinya tepat di depan rumah, menjadikan rumah baca bak perpustakaan sekolah. Sebelum masuk sekolah, ada saja anak yang berkunjung. Waktu istirahat mereka bermain sambil memegang buku di depan rumah baca. Selepas pulang sekolah apalagi, anak-anak kian ramai datang untuk membaca dari buku komik, dongeng, hingga buku pelajaran sekolah.
Istirahat Sekolah itu Waktunya Membaca

Kang Pibsa mendirikan rumah baca dengan alasan yang sangat kuat, dia menyadari betapa  rendahnya akses terhadap sarana pendukung untuk memperoleh pengetahuan bagi anak-anak usia sekolah, seperti buku, alat tulis, dan alat peraga, di Kampungnya. “Saya berharap madrasah atau sekolah di kampung saya memiliki perpustakaan seperti di kota, “katanya sewaktu ngobrol santai di depan rumahnya. Apa yang dibicarakan tentu saja menjadi kabar baik untuk penunjang sarana pendidikan.
Kamu Membaca dan Kami Main Congklak

Agar suasana rumah baca semakin riang gembira, Kang Pibsa tak hanya menyediakan buku. Dia mulai membeli alat bermain seperti congklak. Jadilah sambil membaca, anak juga bermain congklak. Oh ya, ada permainan lain yang sangat ngetop di Kampung Cibiru, Desa Cicantayan, Kabupaten Sukabumi ini, yaitu permainan egrang. Permainan ini biasanya dimainkan anak-anak di sekitar kampung. Bagi anak-anak permianan ini sangat mudah dimainkan, tinggal diinjak, menjaga keseimbangan, setelah itu mereka bisa berjalan, dan berlari. Ya, berjalan dan berlari di atas egrang.
Kegiatan membaca dan bermain bisa seiring jalan, anak-anak tampak semakin senang selepas membaca, mereka bisa bermain bersama teman-teman. Lalu apa efek samping dari rumah baca ini?

Membaca Santai Hingga Sore Hari
Rumah Baca Bambu Biru, hingga Agustus 2016, jumlah buku yang dimiliki buku 1000 biji lebih sedikit. Tentu jumlahnya akan terus bertambah, dengan semakin banyak orang baik yang menyumbangkan buku. Dari semakin banyaknya jumlah buku di Rumah Baca Bambu Biroe inilah yang memberi efek samping bagi anak-anak.
Buku Membuat Lupa Waktu

Anak-anak membaca buku tanpa disuruh dan datang sendiri ke Rumah Baca Bambu Biroe. Dunia literasi adalah dunia yang menyenangkan ketika adik-adik menemukan caranya sendiri untuk terus membaca buku. Mereka datang tak dipanggil, pulangnya bisa sampai sore. Seringkali beberapa anak, duduk santai selepas Ashar menjamah buku dan hanyut dalam bacaannya. Hingga magrib menjelang, dan azan akan tiba barulah diingatkan untuk pulang ke rumah.
Adanya rumah baca ini mengisi kekosongan sarana pendukung sekolah berupa perpustakaan. Tak ada perpustakaan, tetapi anak-anak sudah memiliki pilihan tempat untuk membaca buku, ya di Rumah Baca Bambu Biroe.
Tumbuh Bersama Menjulang Ke Langit

Kampung Cibiru, Kampung Tempat Anak-Anak Terbiasa Bermain Egrang
RumahBaca Bambu Biru tak bisa telah menjadi bagian dari dunia anak-anak di Kampung Cibiru. Dunia bermain yang asyik dan gembira. Nah, efek samping lainnya dari berdirinya rumah baca adalah semakin populernya permainan egrang. Permainan egrang menjadi bagian permainan kekinian, melewati batas penamaan permainan tradisional yang dianggap usang.
Asiknya Bermain Egrang

Kebetulan sekali, Kampung Cibiru sebagai kampung yang dihadiahi oleh Tuhan dengan ditumbuhi banyak pohon bambu. Jadilah, egrang dapat dibikin kapan saja, ketika ada orang yang ingin membeli. Kampung Cibiru mulai menjadi sentra produksi alat permainan egrang. “Orang-orang mulai banyak memesan egrang dari kampung kami.” Begitu menurut pengakuan Kang Pibsa dan egrang tersebut dibuat oleh warga lokal.
Pembuat Egrang dari Warga Lokal

Permainan egrang ternyata telah berdampak luas, misal sudah ada Egrang Sukabumi - Korang Bumi yang mengenalkan permainan tradisional di Sukabumi. Rumah Baca Bambu Biroe berharap egrang yang merupakan inovasi daerah tak berwujud permainan lokal semata, namun sebagai produk permainan yang harus bisa dimainkan dimana saja dan oleh siapa saja. Jadi, kegiatan RumahBaca Bambu Biru telah berdampak luas dengan menghidupkan usaha warga sekitar dengan membuat egrang.
Lomba Permainan Egrang di Kampung Cibiru

Kampung Cibiru tampaknya tidak mau tertidur dalam kondisi yang tertinggal. Ada sosok seperti Kang Pibsa yang ingin membuat kampungnya semakin maju dengan pendekatan dunia pendidikan dengan menyedian rumah baca. Rumah Baca Bambu Biroe ternyata bisa menarik hati anak-anak untuk datang sendiri dan semakin rajin membaca. Mereka mulai mengenal buku dengan caranya sendiri. Satu lagi yang menarik tentu saja, rumah baca memiliki dampak lain, permainan egrang bisa berdampak keuntungan ekonomi. Rumah Baca Bambu Biroe mulai bisa memperoleh penghasilan sendiri dari egrang yang mereka buat. Semoga saja Rumah Baca ini semakin bermanfaat demi kemajuan anak-anak dan untukIndonesia yang semakin cerdas.

Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

1 komentar: