Senangnya Dapat Donasi dari FeminaGroup

Awalnya kami mengirimkan email ke salah satu pegawai di Femina Group 'bagaimana caranya bisa mendapatkan bantuan donasi.' Alhamdulillah ditanggapi dengan baik oleh pihak Femina Group.

Profil Rumah Baca Cibiru

Taman baca diharapkan mampu menyediakan sumber-sumber pengetahuan bagi anak-anak usia sekolah. Selain itu, taman baca Bambu Biru dapat meningkatkan minat baca masyarakat secara umum.

Inilah Donatur Rumah Baca Bambu Biru

Donasi Rumah Baca Bambu Biru diperoleh dari berbagai bantuan, baik dari rekanan rumah baca, lembaga, maupun donasi individu. Berikut adalah pemberi donasi Bambu Biru.

Berbagi Buku, Berbagi Cerita

Rumah Baca, bagi saya adalah salah satu cara untuk memudahkan masyarakat untuk mendapatkan hak merengkuh pengetahuan.

Bakiak di Kampung Egrang

Kawan, tahukah kamu permainan tradisional bakiak? Apa enggak tahu? Ya Bakiak mungkin sudah jarang dimainkan pada era sekarang.

Kamis, 26 Mei 2016

Lomba Permainan Tradisional Rumah Baca Bambu Biru



Ikutilah Lomba Permainan Tradisional di Kampung Cibiru, Desa Cicantayan.
Permainan Yang dilombakan


- Egrang

- Galasin

- Congklak

- Bakiak



Hari Sabtu, 4 Juni 2016

Jumat, 20 Mei 2016

Egrang Permainan Tak Tergerus Oleh Jaman : Catatan Rumah Baca Bambu Biru

Lomba permainan tradisional Egrang, Rumah Baca Bambu Biru, Cicantayan, Sukabumi
Egrang? Egrang teh nu kumaha? Pertanyaan itulah yang muncul ketika pertama kali dikatakan akan diadakan permainan Egrang kepada Adik-Adik di Rumah Baca BambuBiru. Permainan ini hampir tak dikenal baik oleh mereka, syukurnya beberapa anak masih mengenal permainan egrang dengan sebutan Jajangkungan. Sebelumnya,mereka tidak pernah memainkan permainan ini.
Lalu untuk menjawab pertanyaan 'Egrang teh nu kumaha?' (Bagaimana permainan egrang itu?), pengelola membuat alat permainan egrang ini sebelum lomba dilakukan, agar mereka mencoba terlebih dulu bagaimana asiknya memaminkannya. Permainan egrang ini sebenarnya bukan permainan yang asing bagi warga Cibiru pada era 90an. Orang-orang Kampung ini terbiasa membuatnya, apalagi Cibiru dikenal sebagai salah satu desa penghasil bambu. Jika ingin membuatnya, bambu tinggal diambil di dekat rumah atau memotong bambu yang ada di hutan. Namun itu masa lalu, seiring waktu anak-anak kampung mulai tidak mengenalnya.
Nah, lalu apa yang terjadi setelah egrang dibuat oleh pengelola Rumah Baca Bambu Biru? Anak-anak ternyata sangat antusias memperhatikan ketika egrang dibuat dan seolah tak sabar ingin mencoba memainkannya. Anak laki-laki dan perempuan sama saja, mereka seolah penasaran bagaimana rasanya berdiri di atas bambu yang tinggi tersebut?

Apa itu Egrang?
Egrang adalah alat permainan tradisional yang terbuat dari 2 batang bambu dengan ukuran lengan orang dewasa dan di bagian bawahnya terdapat tumpuan yang dibuat dengan bahan bambu agak besar. 
Permainan ini sebenarnya dikenal dibanyak daerah di Indonesia, tetapi seiring jaman permainan ini tampaknya mulai tak seterkenal games gadget yang awam dimiliki anak-anak di era teknologi sekarang ini. Egrang dapat dijumpai di berbagai daerah aneka nama, seperti: di Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Bengkulu dikenal dengan nama Ingkau yang artinya sepatu bambu (dalam bahasa Bengkulu), di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang,nah kalau di Kampung Cibiru, Desa Cicantayan dikenal dengan nama Jajangkungan.
Egrang dibuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter dan pada bagian bawah dibuat tumpuan dengan jarak sekitar 50 cm untuk tempat berpijak kaki. Lebar tumpuan kurang lebih 20 cm. Ukuran permainan egrang bisa dibuat sesuai dengan tubuh anak-anak atau orang dewasa. Nah waktu perlombaan egrang (15 Mei 2016) lalu, egrang dibuat untuk ukuran anak-anak dengan panjang sekitar 2 meter dan dibuat dengan bahan bambu yang agak kecil. 
Memcoba Egrang, Rumah Baca Bambu Biru, Desa Cicantayan, Sukabumi
Egrang, Jangan Biarkan Punah Digerus Zaman 
Jangan sampai digerus zaman, itulah yang dipikirkan oleh pengelola Rumah Baca Bambu Biru. Jangan sampai anak-anak di Kampung Cibiru tidak mengenal Egrang. Egrang harus digemarkan kembali dan menjadi salah satu permainan anak yang disenangi di Kampung Cibiru.
Mencoba Egrang, Rumah Baca Bambu Biru, Desa Cicantayan, Sukaumi
Setelah egrang dibuat, benar saja anak-anak antusias sekali mencobanya. Dua hari sebelum perlombaan, sebagian besar anak-anak berani mencoba dan berhasil memainkannya dengan berdiri dan berjalan dengan menggunakan egrang. Bahkan sudah ada yang berhasil berlari dengan menggunakan egrang. Rupanya permainan egrang ini tak sulit dimainkan oleh anak-anak diKampung Cibiru. Mereka dengan cepat berhasil menjaga keseimbangan dengan berdiri di atas egrang. 

Lalu bagaimana ceritanya saat perlombaan Egrang? Nanti ya diceritakan lagi bagaimana pengalaman anak-anak saat perlombaan egrang :)

_____________________________________________________________________
Permainan Egrang, Tak Lengang Tergerus Jaman (Bagian 2)
Melanjutkan tulisan sebelumnya, setelah anak-anak mencobanya Egrang dan berlatih selama 2 hari sebelum perlombaan. Akhirnya ada sekitar 18 anak yang turut serta perlombaan Egrang pada Hari munggu, 15 Mei 2016 lalu. Saya sendiri cukup terkesima melihat antusiasnya anak-anak dalam bermain engrang. Permainan tradisional yang saya pikir susah untuk dimainkan, ternyata menjadi hal mudah bagi anak-anak untuk menaiki dan menjaga kesemibangannya beridiri diatas dua bambu. “Udah pada bisa belum jalan pakai egrang?” Tanya saya pada anak-anak yang siap berlomba. “Bisaaaaa,” mereka menjawa secara serentak.
Sebelum perlombaan  dimulai, anak-anak disuruh mendaftarkan namanya kepada Kang Pibsa (ketua pengelola Rumah Baca Bambu Biru), mereka menuruti,anak laki-laki dan perempuan mendaftar secara bergantian. Pengelola rumah baca tidak membedakan peserta perlombaan antara laki-laki dan perempuan, mereka diperlakukan sama. Karena dengan cara tersebut, anak laki-laki akan lebih menghormati temannya yang perempuan. Tanpa membedakan perlakuan diantara mereka, perempuan dan laki-laki dimainkan dalam satu perlombaan egrang. Semua mengantri mendaftar perlombaan dan membuat Kang Pibsa lebih awas memperhatikan siapa saja peserta perlombaan egrang.
Karena pesertanya ada 18 orang, maka perlombaan dilakukan dengan babak penyisihan, hingga ada tiga orang yang nantinya menjadi peserta final. Setiap babak penyisihan melibatkan 3 orang, lalu diadu kecepatan diantara mereka. Siapa yang lebih dulu menyentuh garis Finish, maka secara otomatis sebagai peserta yang dapat melanjutkan ke babak selanjutnya.
Penyisihan pun dilakukan, ada saja kejadian lucu. Ada yang terjatuh masih tiga langkah. Ada yang berjalan dengan santai saja. Ada pula anak-anak yang tubuhnya bergoyang dan terhempas ke tanah. Tetapi itu bukan halangan untuk mereka mengikuti perlombaan.  Mereka tertawa ketika terjatuh dan menariknya siap siaga membantu peserta lainnya agar cepat berdiri kembali diatas egrang. Syukurnya tidak ada luka serius, kalau hanya lecet kecil saja itu biasa. “Aduh nyeri oge euy, jatuh tadi,” terdengar beberapa orang anak mengeluh setelah mengikuti perlombaan.
Hingga, singkat kata setelah melalui babak penyisihan, antara semua peserta baik laki-laki dan perempuan, ada 3 orang yang berhasil mencapai babak final perlombaan. Ketiga orang anak yang berhasil masuk final, sepertinya paling jagoan memainkan egrang. Mereka sudah bisa seperti berlari diatas egrang. Kagum melihatnya, padahal baru beberapa hari berhasil menjaga keseimbangan di atas egrang. Akhirnya salah seorang peserta memenangkan perlombaan egrang. Maaf tidak bisa menyebutkan nama anak tersebut, kalau mau tahu, silahkan datang ke Kampung Cibiru, biar bisa berkenalan dan foto-foto sambil bermain egrang bersama kami.
Permainan tradisional Egrang terbukti sangat diminati oleh mereka. Permainan yang harus dilakukan di luar ruangan yang luas ini, selalu dilakukan secara bersama. Setelah perlombaan, anak-anak sering meminjam egrang ke Rumah Baca Bambu Biru. Mereka terus memainkannya, hingga bisa berdiri tegak dan berlari dengan egrang.
Bagi pengelola Rumah Baca Bambu Biru yang sebagian besar generasi 90an, merasa bahagia melihat permainan ini bisa terus dimainkan. Tak hanya bernostalgia meratapi kepunahan permainan lama, tetapi egrang ini terus dimainkan oleh anak-anak generasi sekarang. Wahai pembaca sekalian, tahukah anda, egrang mampu membuat anak-anak bermain bersama, berbagi tawa, saling membantu, dan terus memperhatikan kawannya saat bersama-sama bermain.
Egrang, pemainan ini diharapkan terus ada di Kampung Cibiru dan ada mimpi akan menjadi salah satu ciri khas dari Rumah Baca Bambu Biru. Ciri khas bagi Kampung Cibiru, si Kampung Egrang.

Minggu, 15 Mei 2016

Permainan Tradisional yang Dirindukan


Catatan Hari Minggu 15 Mei 2016
Hari ini bernostalgia kembali ke masa-masa tahun 90'an dimana Gatrik, Egrang, Congklak, Damdas,balap bakiak,dan Poces (Kelereng) masih menjadi primadona permainan yang akan selalu dilakukan setelah pulang sekolah ataupun di hari libur. Permainan yang sangat murah bahkan sebagian besar nyaris tidak perlu mengeluarkan biaya, mengherankan juga saat ini permainan itu bisa tegeser posisinya dikalangan anak-anak oleh permainan berbayar(playstation,game online,game android) dan bahkan cukup mahal serta nyaris tidak ada nilai edukasinya untuk anak.

Hari ini anak-anak Kampung Cibiru membuktikan permainan tradisional itu masih tetap menarik, seru dan mengasyikan. Tahukah anda, banyak nilai-nilai yang bisa diambil dari permainan itu mulai dari kerja keras, fokus, kerjasama tim, kepercayaan diri, sportivitas dan kejujuran.

Permainan tradisional ini sebetulnya bisa terus bertahan. Permainan yang tidak bisa sekedar copypaste gambar dari mbah google dan posting "masih ingat permainan ini?" atau "yang pernah main ini pasti masa kecilnya bahagia". Yaa tugas kita memberikan kebahagiaan kepada anak-anak generasi sekarang dan selalu terus mengenalkan permainan tradisional beserta filosofi yang terkandung didalam setiap permainan tersebut. kemajuan jaman bukan berarti harus menghilangkan hal-hal yang tradisional.

Semoga permainan tradisional yang dikenalkan kepada anak-anak di Rumah Baca Bambu Biru menjadi bagian keceriaan hari mereka.

Salam Bermain Ceria

Ifram Purnama Wira

Terima Kasih Kinania, Sahabat Rumah Baca Bambu Biroe


Rumah Baca Bambu Biroe tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa. Kami membutuhkan banyak sahabat untuk terus melakukan kegiatan. Dari mana pun sahabat itu, siapa pun sahabat itu, dia pasti menjadi sahabat yang baik bagi kami, anak-anak dari Rumah Baca Bambu Biroe.


Hei, tahu enggak sih, kalau sahabat kami begitu banyak, bahkan sahabat kami ada yang baru berumur 2 tahun. Dia adalah Kinania. Sahabat Rumah Baca Bambu Biroe yang tanggal 22 April Kemarin baru merayakan ulang tahunnya. Sahabat Kinania memberikan kami begitu banyak kebahagiaan melalui donasi yang kami terima dalam bentuk buku-buku. 



Tahu enggak sih, hari ini kami melakukan lomba permainan tradisional dan hadiahnya buku. Sebagian besar hadia dari buku-buku itu berasal dari sahabat kami itu. Ah senangnya, semua lomba kebagian hadiah, dari lomba Gatrik, Engrang, Kelereng, Damdas, semuaaaa dapat hadiah.
Senangnya hari ini.


Wahai Sahabat kami Kinania, Kami ucapkan selamat ulang tahun ya. Enggak – apa ya ucapannya telat 1 bulan. Doa kami untukmu sahabat, Semoga kamu menjadi anak yang senang berbagi dan memiliki punya banyak teman. Husss, sahabat kamu sudah banyak kok. Ada disini di Rumah Baca Bambu Biroe. Nanti kalau kamu sudah besar main-main ke Kampung Cibiru, Desa Cicantayan, Sukabumi. Disini ada tempat Hiking juga loh... Pasti kamu Senang.

Terima kasih Teh Opi, Terima kasih menjadi bagian keceriaan hari ini.

Salam dari Kami Pengelola Rumah Baca Bambu Biroe

(Permainan Tradisional) Engrang dan Makna Permainannya

Kp.Cibiru, Minggu 15 Mei 2016

Bagi yang pernah mencoba pasti tahu bahwa bermain egrang dibutuhkan tekat dan keberanian untuk jatuh ketika kita mulai menaiki pijakan. untuk melangkah tak boleh kita ragu-ragu sebab ketika kita ragu maka secara otomatis kita akan jatuh. badan kita harus condong kedepan, ketika kita mulai dengan langkah pertama maka kita segera disusul langkah berikutnya terus maju kedepan karena ketika kita bimbang atau takut jatuh dan langkah kita terhenti kita akan jatuh. dan ketika kita sudah stabil melangkah maka ingatlah untuk perlu menjaga keseimbangan. kadang kita mundur, kadang kita maju, semua untuk menjaga agar kita tetap berdiri berada pada pijakan egrang. See how amazing it is?

MAKNA PERMAINAN
Sering kali kita paham bahwa kehidupan inii membutuhkan fasilitas untuk mencapai apa yang kita inginkan. Atau sering kali kita menemukan diri kita sedang dihadapkan dalam situasi untuk menghadapi keadaan yang kita tidak yakini bahwa kita mampu menghadapinya. Oleh karena itu, kepercayaan diri merupakan faktor terpenting ketika kita menghadapi sesuatu. Yakinlah kepada diri kita sendiri bahwa kita memiliki banyak potensi yang masih bisa kita kembangkan. Yakinlah bahwa kita mampu menghadapi permasalahan apapun karena tuhan tidak memberikan cobaan kepada kita diluar kemampuan kita.
Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah: kerja keras, keuletan, dan sportivitas.

Penulis

Ifram Purnama Wira

Kamis, 05 Mei 2016

Senangnya Mendapat Donasi Buku dari Femina Group


Sejak didirikan, Rumah Baca Bambu Biru terus menambah koleksi bukunya dari berbagai bantuan, baik dari rekanan rumah baca, lembaga, maupun donasi individu. Untuk mendapatkan buku tentu saja melalui beberapa usaha, kita tidak bisa hanya diam berpangku tangan. Berbagai cara harus dilakukan demi perkembangan Rumah Baca yang kita kelola. Kalau bantuan buku dari rekanan rumah baca biasanya tak terlampau mengalami kesulitan, karena rumah baca lainnya dengan baik hati akan menyumbangkan buku kepada kita. Seperti yang dilakukan Sanggar Rumah Baca Cemara, melalui Kang Sandi, juga ada bantuan lain dari relawan lain seperti Kang Iponk. Mereka rutin menambah koleksi di Rumah Baca Bambu Biru. Banyak pihak lainnya di Sukabumi yang membantu Rumah Baca Bambu Biru. Bahkan KEpala Desa Cicantayan juga membantu kegiatan Rumah Baca Bambu Biru.


Nah selain bantuan dari mereka, bantuan juga harus diupayakan sendiri. Kami melakukannya dengan membuat proposal pengajuan donasi ke lembaga/ perusahaan. Langkah pertama kami mengajukan bantuan kepada Femina Group. Melalui jaringan perkenalan dengan orang tertentu, kami membuka hubungan baik kepada pihak Femina Group. Awalnya kami mengirimkan email ke salah satu pegawai di Femina Group 'bagaimana caranya bisa mendapatkan bantuan donasi.' Alhamdulillah ditanggapi dengan baik oleh pihak Femina Group. Kami disuruh membuat surat pengajuan bantuan buku dan mengirimkan proposal ke email yang telah diinformasikan sebelumnya.


Setelah menunggu seminggu, akhirnya mendapat balasan kalau kami mendapat kepastian akan mendapatkan bantuan. Bersabarlah, donasi buku tidak bisa diberikan dalam satu atau dua hari, pihak lembaga pemberi donasi pasti memerlukan proses di dalam perusahaannya. Setelah menunggu beberapa minggu diinformasikan melalui telepon kalau bantuan telah disiapkan di Jakarta. Namun bantuan tak langsung dikirimkan ke alamat Rumah Baca Bambu Biru di Sukabumi, mereka menitipkan donasi di kantor cabang atau homebase di Bandung. Ketika diberitahu tentu senang sekali rasanya. Perusahaan sebesar Femina Group ternyata sangat peduli kegiatan rumah baca.


Setelah seminggu ditelpon dan dikonfirmasi, kalau buku sudah bisa diambil di homebase Bandung. Kami diminta menghubungi seseorang di kantor Homebase Bandung. Alhamdulillah, pegawai Femina Group sangat baik sekali, buku langsung diberikan ketika kami ke Bandung. Dari bantuan Femina Group kami mendapat 100 buah buku, terdiri dari buku memasak, buku anak, buku novel, dll. Senangnya perasaan kami sebagai pengelola, banyak orang baik dan lembaga/perusahaan yang peduli terhadap kegiatan taman baca. 

Tulisan ini sebagai rasa terima kasih kami kepada Femina Group yang telah memberikan donasi buku kepada kami. Rumah Baca Bambu Biru selalu berusaha berhubungan baik kepada siapa saja dan mengembangkan jalinan persahabatan baik kepada individu dan perusahaan. Semoga yang telah diberikan oleh Femina Group adalah bagian langkah besar demi meningkatkan minat baca adik-adik/ anak-anak di sekitar lokasi Rumah Baca Bambu Biru.

Sekali lagi terima kasih atas Bantuannya.
Salam Bahagia dan Berkawan dari Kami

Pibsa Zulfa
Ketua Pengelola Rumah Baca Bambu Biru

Selasa, 03 Mei 2016

Catatan Hari Pendidikan Nasional dari Rumah Baca Bambu Biru



RUmah Baca Bambu Biru

Baru sehari lalu, tanggal 2 Mei 2016 kita merayakan kembali hari pendidikan nasional. Segenap warga negara Indonesia sepatutnya ikut merayakannya dan turut merasakan kalau pendidikan memang dibutuhkan bagi segenap warga negara di negeri tercinta ini. Namun, kita juga harus menerima kenyataan kalau sarana pendidikan tidak diberikan secara adil ke seluruh penjuru negeri dan faktanya pula negara belum bisa menyanggupi pendidikan yang merata bagi kaum terpinggirkan, warga kampung, warga miskin yang sangat jauh dari kemegahan kota. 
Tetapi kenyataan tersebut tidaklah membuat kita patah hati karena tidak diperhatikannya kita. Bukan pula negara tak cinta sama warga negaranya. Hanya saja negara tampaknya membutuhkan tangan-tangan kita, tangan komunitas yang mampu bergerak mengatasi masalah pendidikan di pelosok dan penjuru negeri dengan caranya sendiri.


Persentase Sekolah yang Memiliki Perpustakaan

Atas dasar itulah, mari kita rayakan hari pendidikan nasional dengan cara kita sendiri. Kalau negara tidak bisa memberikan buku kepada kita, kita cari sendiri. Kalau negara tidak bisa menyediakan alat tulis untuk anak-anak kita, kita upayakan sendiri, kalau negara tak sempat melihat apa yang kita lakukan, kita tunjukkan untuk kita sendiri kalau kita bisa berbuat banyak untuk mendukung kemajuan pendidikan di kampung kita. Salah satu caranya mendirikan rumah baca sebisa mungkin di lingkungan tempat tinggal kita.


sumbangan buku

iangatlah kata Pak Menteri Anies Baswadan dalam pidatonya merayakan Hari Pendidikan nasional Tahun 2016, bahwa Literasi menjadi komponen dasar kemampuan abad 21. Literasi dasar memungkinkan anak-anak meraih ilmu dan kemampuan yang lebih tinggi serta menerapkannya kepada kehidupan hariannya. Kita buktikan kita mampu mewujudkan budaya literasi dan menyedakan pendukung sarana pendidikan di kampung kita.
Kami melakukannya di Kampung Cibiru, Desa Cicantayan, Kab. Sukabumi.
Salam Literasi
RumahBaca Bambu Biru
Catatan ini ditulis di Facebook Rumah Baca Bambu Biru

Minggu, 01 Mei 2016

Pendidikan untuk Kehidupan yang Lebih Baik



Lampu belajar masih menemani. Buku masih terbuka. Berjam-jam duduk di meja belajar. Mata terus membaca, tangan mencatat di buku tulis. Di kamar yang mungil, jauh dari kampung halaman.
Ribuan, bahkan ratusan ribu anak muda tinggalkan kampung halaman, jauh dari Ibu, Ayah, dan saudara mereka. Kampung halaman yang penuh kenangan masa kecil itu mereka tinggalkan untuk satu tujuan: pendidikan.

Semua pasti masih ingat saat keluarga mengantarkan, melepas bersekolah jauh. Kristal butiran air mata Ibu saat melepas anak berangkat seakan cermin jernihnya cinta. Anak adalah cinta berbalut harapan. Ibu melepaskan anak untuk merantau jauh demi pendidikan yang lebih baik; melepaskannya dengan cinta, mengalunginya dengan harapan, dan menyematkannya doa tanpa akhir.
Buat anak-anak muda yang sedang di rantau, jauh dari Ibu, Ayah dan saudara, pada malam menjelang Hari Pendidikan ini, saya ucapkan selamat berjuang, selamat belajar.
Rute perjalanan yang kalian tempuh adalah rute yang telah mengantarkan jutaan anak muda negeri ini meraih kehidupan yang lebih baik. Jaga stamina!

Yakinlah bahwa pendidikan akan bisa mengantarkan pada kehidupan yang lebih baik. Pendidikan jadi tangga untuk menuju cita-cita, menuju harapan. Tiap hari satu anak tangga dilewati.
Anak muda memang seharusnya pilih jalan mendaki. Jalan berat penuh tantangan tapi bisa mengantarkan ke puncak. Jadikan perpisahan dengan keluarga itu sebagai awal perjumpaan dengan cita-cita.

Pada tiap lembar bacaan, ada doa Ibu dan Ayah. Pada tiap karya tulis dan pekerjaan dari guru atau dosen, ada harapan dari Ibu dan Ayah. Mereka mungkin tidak tahu satu per satu yang dikerjakan anaknya, tapi mereka tak pernah berhenti hibahkan semua yang mereka miliki untuk kebaikan dan kebahagiaan anak mereka.
Teruslah belajar. Jangan biarkan waktu bergulir tanpa makna. Buka hari dengan cerahnya mata hati, dan tutup hari dengan tuntasnya asupan ilmu dan pengetahuan baru.

Janjilah kepada Ibu dan Ayah, suatu hari nanti mereka akan melihat anak mereka pulang membawa ilmu, membawa makna dan menjawab semua doa dengan melampaui harapan Ibu dan Ayah mereka. Izinkan mereka kelak menyongsongmu dengan rasa bangga dan syukur. Doa tulusnya dijawab oleh keberhasilan anaknya.
Selamat Hari Pendidikan, selamat memasuki Bulan Pendidikan, selamat meneruskan belajar, dan selamat melampaui cita-cita!
Salam,
Anies Baswedan

Menyiapkan Anak Masuk Sekolah Dasar

Menyiapkan Anak Masuk Sekolah Dasar
SAHABAT KELUARGA – Mental anak perlu dipersiapkan sebelum dia masuk ke sekolah. Apa saja langkahnya?
Pertama, sering-seringlah mengajak anak berkunjung ke lingkungan di luar rumah. Tujuannya agar anak terbiasa dengan lingkungan yang ada, misalnya diajak ke pasar, warung atau ke tetangga sekitar.
”Dorong anak Anda berkenalan dan minta ia memerhatikan kegiatan yang sedang dilakukan di pasar atau warung,” kata psikolog anak, Puji Lestari Prianto, M.Psi, seperti dikutip dari modul PAUD, Kemdikbud.
Kedua, perbanyak komunikasi dengan anak. Misalnya, tanya tentang kegiatan selama satu hari. Hargailah setiap jawaban anak. Hindari pertanyaan yang diajukan bertubi-tubi, karena akan membuat anak kesal dan akhirnya tidak mau bercerita.
Ketiga, berkunjunglah ke sekolah dasar (SD) dekat rumah atau SD yang akan dituju kelak. Berkenalanlah dengan guru-guru di sana. Hal ini berguna, agar anak tidak malu dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Keempat, ajak anak menyalurkan kegiatan fisik secara terarah, seperti berlari, memanjat pohon, atau meniti trotoar di pinggir jalan. Kelima, perbanyak kegiatan yang menunjang perkembangan motorik halus, seperti bermain tanah liat, membuat tulisan di atas pasir atau tepung dengan menggunakan jari tangan, membantu ibu memeras santan dan lain sebagainya.
Jangan lupa, tanamkan tanggung jawab dan kemandirian pada anak. ”Misalnya, selesai makan, mintalah agar anak langsung membawa piring  ke dapur, atau mintalah ia membereskan mainan setiap kali selesai bermain,” kata Puji.
Pada awalnya, ibu dan ayah memberi contoh, kemudian mereka melakukan bersama anak, selanjutnya biarkan anak melakukan sendiri. ”Sehingga lama kelamaan, anak akan terbiasa dan tidak selalu minta tolong ibu dan ayah maupun orang dewasa lainnya,” kata Puji.  
Keenam, ciptakan kondisi belajar sambil bermain, sehingga anak berpendapat bahwa belajar itu menyenangkan. Ketujuh, hargai setiap karya anak. Ungkapan pujian untuk anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.
Hindari sikap menyalahkan, karena hal itu akan mengecilkan hati anak dan membuat anak tidak merasa dihargai hasil karyanya, sehingga anak ogah berkarya lagi.
Kedelapan, cobalah selalu menjawab setiap pertanyaan anak. Jika ibu dan ayah tidak tahu, katakanlah secara terus terang dan segera mencari jawabannya. 
Terakhir, ayah ibu boleh memperkenalkan anak dengan kegiatan menulis, membaca dan berhitung untuk membantu perkembangan kemampuan dasar anak. Lakukan kegiatan tersebut secara menyenangkan dan sambil bermain. *
Hal-hal yang Harus Dihindari:
  1. Memaksa anak belajar menulis, membaca, atau berhitung di saat anak belum siap.
  2. Menuntut terlalu tinggi pada anak. Misalnya, anak harus bisa menulis dengan rapi, sehingga jika terjadi kesalahan, anak harus menghapus dan mengulangnya kembali sampai betul.
  3. Menyempurnakan hasil karya anak, karena ayah dan ibu tidak puas dengan hasil karya anak. Cara ini sungguh tidak bijak, karena dapat membuat anak menjadi kecil hati. *Bunga Kusuma Dewi
Sumber :  http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=2989http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=2989

Bila Anak Gemar Membuat Coret-coret (2)



Bila Anak Gemar Membuat Coret-coret (2)
SAHABAT KELUARGA – Kegemaran mencoret anak bisa menimbulkan masalah, ketika anak mulai menuangkan coretannya tersebut pada dinding rumah. Bagaimana orang tua harus bersikap? Menurut psikolog anak, Agustina Hendriati, Msc, Psi, ada beberapa catatan dari kegiatan anak mencoret di dinding.
Jika orang tua marah dengan aktivitas anak tersebut, dampaknya anak nantinya menjadi pribadi yang tidak ekspresif, suka merasa bersalah dan takut untuk berinisiatif. Sementara, jika dibiarkan mencoret di mana saja, hal tersebut bisa membuat anak nantinya menjadi pribadi yang permisif (serba boleh).
Idealnya, orang tua menyediakan tempat untuk anak menyalurkan kegemaran mencoret sebebas mungkin.
Beberapa hal perlu diperhatikan orang tua, bila anak memiliki kegemaran mencoret, antara lain, pertama, anak belum bisa membedakan tempat yang boleh dan tak boleh dipakai untuk mencoret. Sehingga, wajar jika anak kerap mencoba menggoreskan alat tulisnya ke dinding.
Untuk memfasilitasinya, pilihlah satu ruangan atau dinding di rumah yang boleh dijadikan media mencoret. Ruangan tersebut mungkin saja berada di belakang rumah, sehingga tidak menganggu keindahan rumah. Jika tidak memungkinkan, tempelkan kertas buram di dinding atau lapisi tembok dengan kertas, sehingga anak menggunakan media kertas tersebut untuk mencoret dan dinding aman dari coretan.
Kedua, berikan penjelasan secara rinci tempat yang boleh dan tak boleh dipakai untuk mencoret. Misalnya, “Adik mencoretnya di kertas atau papan tulis saja ya. Kalau di dinding ruang tamu, nanti kotor, kan malu kalau ada tamu.” Penjelasan seperti ini dilakukan setiap kali anak ingin melakukan aktvitasnya. Lambat laun, anak akan tahu tempat untuk mencoret.
Ketiga, pilihlah alat tulis yang aman untuk anak, karena di usia lima tahun ke bawah,  anak masih suka memasukkan benda yang dia pegang ke dalam mulutnya. *Bunga Kusuma

Bila Anak Gemar Membuat Coret-coret (1)



Bila Anak Gemar Membuat Coret-coret (1)
SAHABAT KELUARGA – Anak Anda gemar membuat coret-coret? Biarkan aktivitas itu. Mencoret merupakan bagian dari perkembangan normal menuju penghalusan kemampuan motorik halus yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan (sensomotorik).
Setiap anak memiliki prosesnya sendiri-sendiri. Kegiatan mencoret juga bisa menjadi petunjuk awal minat dan bakat menggambar atau melukis. Aktivitas ini mungkin tidak muncul pada setiap anak. 
Kegemaran mencoret mulai muncul sejak anak berusia 1,5 tahun atau ketika sudah bisa mulai memegang alat tulis dan menorehkannya pada sebuah medium seperti kertas atau lainnya.
Kegiatan itu berkembang saat anak berusia 2-4 tahun, meskipun bentuk coretannya belum bermakna apapun.
Mulai usia 4 tahun, kemampuan sensomotorik anak mulai berkembang, sehingga anak sudah lebih mampu membuat bentuk, dan orang dewasa memaknainya sebagai ‘menggambar’.
Kegemaran mencoret pada anak tidak menimbukan dampak apapun, kecuali menghabiskan berlembar-lembar kertas atau alat tulis.
Kegiatan mencoret pada anak memiliki manfaat, antara lain, pertama, melatih motorik. Tidak hanya lengan, kegiatan mencoret pun melibatkan pergerakan pergelangan tangan dan jari jemari. Dengan begitu, selain motorik kasar, motorik halus pun ikut dilatih.
Kedua, melatih kreativitas dan imajinasi. Lewat mencoret, anak dapat menuangkan apa yang ada di pikirannya, sehingga daya kreatifitasnya semakin tergali.
Ketiga, bereksplorasi tanpa batasan. Dengan diberikan kebebasan untuk mencoret, anak akan merasa bahwa ia bebas melakukan apa yang diinginkannya tanpa harus takut dimarahi. Keempat, mengasah cita rasa seni. Kemampuan seni yang terpendam bisa digali lewat aktivitas mencoret ini. *Bunga Kusuma